.
Sholat kita kerjakan setiap hari 5 waktu. Namun
apakan sholat yang kita kerjakan sehari-hari itu dengan tenang atau sholat tergesah-gesah? Seperti membaca surat Al-Fatihah dan surat pendek lainnya yang
dibaca dengan pelan sesuai tajwid atau dibaca dengan cepat kilat??. Terus
disaat ruku’ dan sujud dilakukan seperti ayam mematuk-matuk?? Itu seperti
golongan orang yang pencuri shalat… nauzubillah. Masih ingat dengan hadits ini
?
“Ketenangan itu dari Allah dan
tergesa-gesa itu dari syaitan”
(HR. Turmudzi dalam
Sunan Turmudzi Bab Maa Jaa fii al-Ta’anni wa al-’Ajalah hadis no. 1935 juga
terdapat dalam al-Muntaqa syarh Muwattha’ Malik).
“Seburuk-buruk pencuri adalah
seseorang yang mencuri dari shalatnya. Para Shahabat bertanya: Bagaimana
seseorang bisa mencuri dari shalatnya? Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
menjawab: ‘ Ia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.”
(HR. Ahmad,
At-Thabrany)
Sebenarnya saya juga sholatnya kadang masih
tergesah-gesah, dan untuk artikel ini saya juga sambil belajar dan mengajak
sahabat semua untuk memperbaiki sholat kita yang telah dikutip di Ummi Online.
Shalat itu memang wajib dan tujuan sholat itu untuk berkomunikasi dengan Sang
Pencipta (Allah SWT), yang sebagai wujud penghambaan makhluk kepada Penciptanya.
Kalau kita melakukan sholat dengan tergesah-gesah, seolah-olah kita meremehkan
sholat itu dan ada hal yang lebih penting dari Allah maka sholatnya harus
cepat-cepat.
Masih ingat riwaya Nabi yang disabdakan dalam
hadits tentang kisah orang yang melaksanakan sholat sampai disuruh Nabi suruh
diulang stiga kali ? ini kisahnya :
Diriwayatkan, ada seorang lelaki yang masuk ke dalam masjid di waktu
Rasulullah SAW sedang duduk. Lalu orang itu melaksanakan shalat. Setelah itu ia
memberi salam kepada Rasulullah SAW., tetapi Nabi menolaknya seraya bersabda,
“Ulangi shalatmu, karena (sesungguhnya) kamu belum shalat!”
Kemudian lelaki itu mengulangi shalatnya. Setelah itu ia datang dan
memberi salam kepada Rasulullah, tetapi Nabi SAW menolaknya sambil berkata,
“Ulangilah shalatmu, (sebenarnya) kamu belum shalat!”
Laki-laki itu pun mengulangi shalat untuk ketiga kalinya. Selesai
shalat ia kembali memberi salam kepada Nabi SAW. Tetapi lagi-lagi beliau
menolaknya, dan bersabda, “Ulangilah shalatmu, sebab kamu itu belum melakukan
shalat!”
“Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar wahai Rasulullah, Inilah
shalatku yang terbaik. Sungguh, aku tak bisa melakukan lebih dari ini, maka
ajarkanlah shalat yang baik kepadaku,” tanya lelaki itu.
“Apabila kamu berdiri (untuk melakukan) shalat, hendaklah dimulai
dengan takbir, lalu membaca ayat-ayat Al Qur’an yang engkau anggap paling
mudah, lalu rukuklah dengan tenang, kemudian beri’tidallah dengan tegak, lalu
sujudlah dengan tenang dan lakukanlah seperti ini pada shalatmu semuanya.” (HR.
Bukhari)
Rasulullah benar-benar
memperhatikan hal ini, sehingga dengan tegas meminta salah seorang sahabat
mengulang shalatnya hingga tiga kali karena meninggalkan ketenangan atau
thuma’ninah dalam shalat. Apabila meninggalkan thuma’ninah dalam shalat berarti
shalat menjadi tidak sah. Ini sungguh persoalan yang sangat serius.
“Tidak sah shalat seseorang,
sehingga ia menegakkan (meluruskan) punggungnya ketika ruku’ dan sujud”
(HR. Abu Dawud: 1/
533)
“Kalau orang ini mati dalam
keadaan seperti itu, ia mati di luar agama Muhammad. Ia sujud seperti burung
gagak mematuk makanan. Perumpamaan orang ruku’ tidak sempurna dan sujudnya
cepat seperti orang kelaparan makan sebiji atau dua biji kurma yang tidak
mengenyangkannya.”
(HR. Abu Ya’la,
al-Baihaqy, at-Thabrany)
Baca juga artikel menarik, ada kakek sujud 3000 kali setiap hari lihat disini.