Ungkapan
Dzikir "SubhanAllah" Sering Tertukar Dengan Ungkapan "Masya
Allah"
Jazaakumullah INILAH
ISLAM, izinkan abang share tentang "Kapan mengucapkan SUBHANALLAH dan
kapan mengucapkan MASYA ALLAH".
Ungkapan dzikir atau
kalimah thayyibah "Subhanallah" sering tertukar dengan ungkapan
"Masya Allah". Ucapkan "Masya Allah" kalau kita merasa
kagum. Ucapkan "Subhanallah" jika melihat keburukan! SELAMA ini kaum
Muslim sering “salah kaprah” dalam mengucapkan Subhanallah (Mahasuci Allah),
tertukar dengan ungkapan Masya Allah (Itu terjadi atas kehendak Allah). Kalau
kita takjub, kagum, atau mendengar hal baik dan melihat hal indah, biasanya
kita mengatakan Subhanallah. Padahal, seharusnya kita mengucapkan Masya Allah
yang bermakna “hal itu terjadi atas kehendak Allah”.
Ungkapan Subhanallah
tepatnya digunakan untuk mengungkapkan “ketidaksetujuan atas sesuatu”.
Misalnya, begitu mendengar ada keburukan, kejahatan, atau kemaksiatan, kita
katakan Subhanallah (Mahasuci Allah dari keburukan demikian). Ucapan Masya
Allah. Masya Allah artinya “Allah telah berkehendak akan hal itu”.Ungkapan
kekaguman kepada Allah dan ciptaan-Nya yang indah lagi baik. Menyatakan “semua
itu terjadi atas kehendak Allah”.
Masya Allah diucapkan
bila seseorang melihat hal yang baik dan indah. Ekspresi penghargaan sekaligus
pengingat bahwa semua itu bisa terjadi hanya karena kehendak-Nya. “Dan mengapa
kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu “Maasya Allah laa quwwata
illa billah” (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit
darimu dalam hal harta dan keturunan?” (QS. Al-Kahfi: 39).
Ucapan Subhanallah.
Saat mendengar atau melihat hal buruk/jelek, ucapkan Subhanallah sebagai
penegasan: "Allah Mahasuci dari keburukan tersebut". Dari Abu
Hurairah, ia berkata: “Suatu hari aku berjunub dan aku melihat Rasulullah Saw
berjalan bersama para sahabat, lalu aku menjauhi mereka dan pulang untuk mandi
junub.
Setelah itu aku datang
menemui Rasulullah Saw. Beliau bersabda :‘Wahai Abu Hurairah, mengapakah engkau
malah pergi ketika kami muncul?’ Aku menjawab: ‘Wahai Rasululla , aku kotor
(dalam keadaan junub) dan aku tidak nyaman untuk bertemu kalian dalam keadaan
junub. Rasulullah Saw bersabda:Subhanallah, sesungguhnya mukmin tidak najis”
(HR. Tirmizi). “Sesungguhnya mukmin tidak najis” maksudnya, keadaan junub
jangan menjadi halangan untuk bertemu sesama Muslim. Dalam Al-Quran, ungkapan
Subhanallah digunakan dalam menyucikan Allah dari hal yang tak pantas (hal
buruk), misalnya: “Mahasuci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka
sifatkan, mereka persekutukan”, juga digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan
diri dari hal menjijikkan semacam syirik." (QS. 40-41).
Jadi, kesimpulannya,
ungkapan Subhanallah dianjurkan setiap kali seseorang melihat sesuatu yang
tidak baik, bukan yang baik-baik atau keindahan. Dengan ucapan itu, kita
menegaskan bahwa Allah Swt Mahasuci dari semua keburukan tersebut. Masya Allah
diucapkan bila seseorang melihat yang indah, indah karena keindahan atas kuasa
dan kehendak Allah Ta'ala.
Lalu, apakah kita
berdosa karena mengucapkan Subhanallah, padahal seharusnya Masya Allah dan
sebalinya? Insya Allah tidak. Allah Maha Mengerti maksud perkataan hamba-Nya.
Hanya saja, setelah tahu, mari kita ungkapkan dengan tepat antara Subhanallah
dan Masya Allah. Wallahu a’lam bish-shawabi.